Penulis : Jobber
BE
Bangka Tengah, Buletinexpres.com — Masyarakat Desa Batu Beriga menolak keras aksi pertambangan di laut Desa Batu Beriga.
“Nenek moyang kami pelaut bukan penambang”
Begitulah bunyi tulisan dalam sepanduk berukuran 1×2 meter yang dibentang warga di tengah Desa Batu Beriga Kecamatan Lubuk Besar Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Babel.
Spanduk penolakan ini bukan barang baru bagi masyarakat Desa Batu Beriga.
Mulai dari sekdar pernyataan di media massa, media sosial hingga demo dan menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama DPRD Kabupaten Bangka Tengah, komitmen masyarakat Batu Beriga tetap menolak adanya aktiviyas tambang laut di Perairan Batu Beriga.
“Harapan kami selaku masyarakat ini agar mereka para petinggi dapat melindungi laut kami tidak merusak di perairan laut Desa Batu Beriga ini, tolong bagi pejabat lindungilah laut kami ini, bagaimana perasaan merek jika diposisi kami saat ini,” ujar Siti, warga Desa Batu Beriga saat dihubungi Tim Journalis Babel Bergerak (Jobber).
Istri nelayan ini menolak bukan tanpa alasan. Pasalnya kehidupan sehari-hari keluarganya sejak turun menurun mengandalkan hasil laut di Laut Beriga.
“Saya mewakili masyarakat Desa Batu Beriga juga menolak keras kehadiran tambang ini karena dari dulu mata pencarian orang di desa ini ya nelayan, sebelum adanya tambang, sampai sekarang suami saya kerjanya masih melaut sudah bertahun-tahun ini dari dia masih bujangan sampai saat ini menikah dengan saya. Dan Alhamdulillah sudah dapat anak 2 masih saja kerjanya melaut, dari hasil laut ini la anak saya menjadi sarjana dan satunya lagi masih dalam pendidikan dari hasil laut ini juga, nikmat mana lagi yang kau dustai,” tukas Siti.
Siti tidak sendirian menolak tambang di Laut Beriga. Setidaknya ada 80 persen mayoritas masyarakat Desa Batu Beriga adalah nelayan salah satu mata pencarian untuk bertahan hidup.
“Dari sebelum surat izin itu keluar kita sudah melakukan penolakan akan kehadiran tambang ini,” ujar Tancap, salah satu nelayan yang termasuk dalam Tim 7 kepada Tim Jobber, Kamis (14/12/2023) malam.
Sebelumnya Tim ini berangkat ke Jakarta hanya bermodalkan tekad agar aspirasi mereka bisa diindahkan oleh petinggi yang berwewenang untuk pencabutan izin pertambangan yang saat ini membuat resah di tubuh masyarakat Desa Batu Beriga.
“Intinya, dari dulu keinginan masyarakat Desa Batu Beriga perizinan ini harus bisa dicabut, harapan kita zona tambang ini harus menjadi zona tangkap nelayan,” tandas Tancap.
Tancap juga menyebutkan apabila dikemudian hari aktivitas tambang tersebut terjadi di lingkungan perairan laut Desa Batu Beriga ini dipastikan tindakan kriminal pasti terjadi untuk menghindari dari permasalahan tersebut salah satunya aksi penolakan keras ini lah mereka gunakan, sebab sebelumnya sudah terjadi pada tahun lalu.
“Masyarakat akan anarkis, jadi apapun yang terjadi kita tetap menolak keras, istilahnya ada izin ataupun tanpa izin kita tetap menolak keras kehadiran tambang ini di desa kita,” tukas Tancap. (Tim JB/BE).