TN Tanjung Labu Pulau Lepar Belum Distop, Alat Berat Disembunyikan Dalam Hutan

BE.com

Lepar, Buletinexpres.com — Tambang Nonkonvensional (TN) di kawasan Hutan Cadangan Desa Tanjung Labu Kecamatan Lepar Kabupaten Bangka Selatan ternyata masih tetap beroperasi.

Belum ada penertiban dan tindakan tegas dari pihak aparat penegak hukum maupun dari pihak Satpol PP Kabupaten Bangka Selatan.

Mungkin, karena posisinya di pulau, sehingga para pemilik dan pekerja tambang di lahan cadangan Desa Tanjung Labu ini tidak tersentuh hukum.

Sementara itu, Kades Tanjung Labu Pindo  yang dikonfirmasi Tim Journalis Babel Bergerak (Jobber) sejak Senin (18/9/2023) sekitar pukul 11.19 WIB, hingga kini belum membalas konfirmasi dari Tim Jobber.

Informasi yang dihimpun dari warga, disebutkan bahwa Sabtu (23/09/2023) pihak pekerja tambang sempat berhenti beraktivitas.

Namun, seluruh alat-alat tambang dan mesin masih berada di lokasi tambang.

Sementara dua unit alat berat jenis excavator disembunyikan di dalam hutan sekitar lokasi tambang, dengan tujuan untuk mengelabui warga sekitar.

“Kemarin memang kami lihat di lokasi, para pekerjanya berhenti Bang. Tetapi alat-alat tetap berada di lokasi tambang di dalam kolong. Kami yakin, mereka akan kembali beraktivitas. Akan tetap kami awasi Bang, karena sampai hari ini belum ada aparat penegak hukum menghentikan mereka,” ujar Mu, yang menghubungi Tim Jobber, Minggu (24/09/2023).

Dikatakan Mu, Ia dan beberapa rekannya melihat alat berat excavator tidak beroperasi, tetapi disembunyikan di dalam hutan dekat lokasi tambang.

“Biasalah Bang, kalo ada pemberitaan, mereka stop sebentar. Tetapi kami yakin akan bekerja lagi, sebab alat tambang dan excavator tidak ditarik,” tukas Mu.

Seperti diberitakan sebelumnya, Hutan Cadangan Desa Tanjung Labu Pulau Lepar Kabupaten Bangka Selatan dikeluhakan warga karena diambang kehancuran. Kalimat ini dikirimkan warga ke redaksi Tim Journalis Babel Bergerak (Jobber), pada Sabtu (16/09/2023).

Dipaparkan oleh warga Tanjung Labu, empat unit excavator warna merah merek Hitachi berpesta pora menggasak lahan yang diklaim masyarakat Desa Tanjung Labu sebagai lahan desa, yang mereka sebut sebagai lahan cadangan.

Lokasi ini terletak di perbatasan kebun sawit dengan Desa Tanjung Labu. Lokasi ini merupakan hutan yang dipelihara masyarakat, karena di sinilah masyarakat mencari kayu untuk kebutuhan berkebun sahang dan kebutuhan lainnya.

“Hancurlah Bang, alat berat menghantam hutan cadangan ini,” ujar Hus, salah satu warga Desa Tanjung Labu.

Tambang Nonkonvesional (TN) ini baru kembali beroperasi sekitar tiga bulan. Sebelumnya setahun lalu sempat beroperasi, namun berhenti saat harga timah murah.

“Tiga bulan ini kembali beroperasi. Ngasil Bang, sehari bisa satu tonan. Tapi itulah, akibatnya hutan cadangan Desa Labu hancur lebur,” timpal Ak, warga Tanjung Labu lainnya.

Diceritakan Ak, hutan cadangan tersebut merupakan hutan tempat warga Desa Tanjung Labu mengambil kayu untuk kebutuhan mereka, diantaranya untuk membuat pondok, untuk junjung sahang dan kebutuhan lainnya.

Bahkan untuk mendapatkan hutan ini, masyarakat Desa rela menyumbangkan Rp 10.000 per kepala keluarga.

“Tetapi kini hancur Bang dibantai TN illegal. Tolonglah sampaikan kepada APH dan pihak berwenang lainnya Bang. Kami minta TN illegal di hutan cadangan itu di stop,” tukas Ak. (Tim JB/BE).