Laporan : Am
Editor : Ahada
BE.com
Bangka Selatan, Buletinexpres.com — Laut Sukadamai Toboali kembali telan korban jiwa akibat aktivitas tambang timah ilegal, yang biasa disebut dengan TI selam.
Yudi Saputra, Pria 40 tahun ini menjadi korban dari aktivitas TI Selam yang marak di Laut Sukadamai Toboali.
Yudi menghembuskan nafas terakhirnya ketika sedang mengais rezeki di Laut Sukadamai, Jumat (21/4/2023).
Yudi adalah warga pendatang asal Banten yang bekerja di TI selam milik Faizal.
Informasi yang dihimpun Tim Journalis Babel Bergerak (Jobber), jenazah korban dibawa kerumah Sudiono atau akrab disapa Pak De di Trans SPC Bangka Selatan.
“Kami kira korban ini tinggal di Sukadamai ini. Jadi kami datangi rumah pemilik ponton Pak Faizal. Kami minta Pak Faizal bertanggungjawab dengan atas kematian korban ini. Karena korban ini adalah pekerja di TI Selam milik Pak Faizal,” ujar warga, tak mau disebutkan namanya, yang merupakan rekan kerja korban.
“Sampai tiga kali kami datang ke rumahnya. Kami minta pertanggungjawaban atas kejadian meninggalnya korban,” tukasnya.
Dikatakan rekan korban ini, mereka tidak berani mengambil keputusan terhadap korban. Akhirnya rekan kerja korban mendatangi Sudiono alias Pak De yang merupakan salah satu keluarga korban, tinggal di Trans SPC Bangka Selatan.
“Kami juga tidak berani mengambil keputusan, karena korban ini ada Pak De di Trans. Pak De ini dianggap salah satu keluraganya,” ujar rekan korban.
Saat media mendatangi Pak De di pemakaman, diakui oleh Pak De bahwa korban meninggal akibat kecelakaan di tambang TI Selam di Laut Suka Damai Toboali Bangka Selatan.
“Memang iya benar Yudi ini korban Ti Selam. Saya di sini sebagai keluarga. Yudi Saputra ini asal jawa Banten,” ujar Pak De.
Dijelaskan Pak De, selama menjadi pekerja TI Selam, tempat tinggal Yudi tidak menetap.
Pasalnya, dimana dia bekerja, maka di situ dia tinggal.
Sebelumnya korban ini pernah di bawak ke rumah warga Padang Laut. Setelah taju bahwa ada keluarga di Tran, makanya langsung jenazah korban di bawak ke Trans.
“Kami berharap semua biaya dari pemakaman sampai 7 hari ditanggung semua. Kalau bisa sampai biaya 100 hari, Itu pesan keluarga yang di kampung,” ungkap Pak De, yang tak mampu menahan bulir air mata membasahi wajahnya.
Awak media juga sempat berbincang langsung dengan Pak De, yang mengakui TI Selam di Laut Sukadamai tersebut bisa beroperasi karena menerapkan sistim koordinasi dengan semua pihak.
“Kita bisa kerja karena kita koordinasi. Meski kerja kita ini ilegal, tetap aman jika koordinasi,” tukasnya dengan nada ketakutan. (TimJB/BE).