Laporan : Tim Jobber
BE.com
Mentok, Buletinexpres.com – Proyek Pembangun Kolam Retensi Pasar Mentok Zaman Gubernur Babel Erzaldi Sempat Mangkrak .
Padahal proyek tersebut dibangun untuk mengatasi banjir bandang yang sering melanda di Kawasan Kampung Ulu dan Pasar Mentok, Bangka Barat (Babar), Pemerintah Provins Bangka Belitung membangun Kolam Retensi pada tahun 2021 lalu.
Akhirnya, proyek kolam retensi yang terletak di Kampung Ulu, Kelurahan Tanjung itu mulai dikerjakan pada 9 April 2021.
Hal ini ditandai dengan peletakan batu pertama yang dilakukan langsung oleh Gubernur Babel periode 2017-2022 Erzaldi Roesman Djohan.
Sesuai Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang di danai APBD Induk Babel 2021 sekitar Rp12 miliar lebih itu, kolam retensi akan dibangun di atas lahan seluas 3,8 Ha. Memiliki tinggi bendungan 3,5 meter dan lebar total bendungan sekitar 30 meter.
Dengan daerah luas genangan 2,4 Ha serta volume tampungan hingga 100 ribu meter kubik.
Namun dalam perjalanan, mega proyek yang dikerjakan oleh PT Hersa Sukses Mandiri itu justru terhenti dan mangkrak.
Tidak tahu persis apa penyebab yang terjadi di dalamnya.
Berdasarkan pantauan langsung Tim Journalis Babel Bergerak (Jobber) pada lokasi proyek, puing-puing sisa perkerjaan oleh kontraktor sebelumnya jelas terlihat.
Bahkan, material hingga panel beton yang berjumlah sekitar 50 keping masih berada di kawasan itu. Baik di arah atas, atau daerah bawah.
Pemprov Babel melalui Dinas PUPRPR dan Perkim kemudian mengambil tindakan tegas dan memutus kontrak, kemudian melakukan denda dan memasukkan perusahaan itu ke dalam daftar hitam (Blacklist).
Usai mangkrak dan 1 tahun terhenti, tahun 2023 proyek itu kembali berlanjut.
Meski begitu, niat baik Pemprov Babel itu mendapatkan kritikan pedas dari warga setempat.
Hanya saja proyek yang dilanjutkan tahun ini juga tidak terlepas dari sorotan masyarakat Mentok Kabupaten Bangka Barat.
Salah satunya Edi Jinggo yang mengaku terdampak langsung oleh proyek pembangunan Kolam Retensi Kampung Ulu,
Edi saat dikonfirmasi sejumlah wartawan pada Jumat (24/11/2023) pagi menyebutkan ia dan sejumlah warga sekitar Kolam Retensi menyoroti berbagai hal terkait proyek itu.
Sebagai masyarakat yang terdampak langsung, Edi Jinggo mengaku was-was dengan pekerjaan kolam retensi dan dikerjakan CV Bangun Caka itu.
Pertama, proyek itu sempat mangkrak dan kondisi struktur bangunan kembali rata dengan tanah.
“Bagi kami orang awam ini, kalau yang namanya kolam, bentuknya bukan seperti akuarium. Ketebalan dinding dan lain lain harus terukur. Kalau kita lihat sekarang, kondisinya tidak layak, apalagi dari sisi kiri dan kanan terlihat jelas. Kedalaman juga masih kurang,” tukasnya, Jumat (24/11/23) pagi.
Kemudian untuk pondasi bangunan, ia juga menilai masih kurang maksimal dalam menahan debit air nantinya.
Terutama saat musim penghujan mulai berlangsung seperti saat ini, kata Edi, pondasi kuat yang dibangun zaman Belanda bisa tergerus, apalagi yang asal tumpang.
“Logikanya di situ serta harus ditangani oleh orang-orang yang betul mengerti dan ahli. Sebelah kiri itu sudah amblas, proyek yang kemarin kita tidak tahu apa sebabnya. Saya ingin katakan juga, percuma kolam ini ada, kalau masih ada tambang di arah hulu,” katanya.
Oleh karena itu, Edi meminta agar pihak berwenang mengambil langkah tegas untuk membersihkan tambang liar di sepanjang aliran sungai.
Jangan sampai pembangunan kolam miliaran rupiah ini berujung sia-sia dan tidak mampu menjawab masalah banjir.
“Orang bodoh saja bisa menilai, air ini kalau tidak ada yang membuka TI pasti dia jernih seperti dulu. Kalau masih keruh, ada yang bekerja. Maka kami harap aparat setempat bisa bertindak, mohon kerja samanya. Semua butuh makan, tapi tidak korbankan orang banyak,” cetusnya.
Ia menegaskan, kritikan ini tidak untuk menolak rencana baik pemerintah dan kepedulian terhadap masyarakat.
Akan tetapi, kolam ini memang betul-betul diharapkan masyarakat dengan baik fungsinya karena menyangkut nyawa orang banyak ketika banjir terjadi.
“Jangan sampai, kejadian seperti tahun 2017, saat hari H pencoblosan Pilgub Babel terulang kembali. Karena dari daerah Kampung Ulu sampai ke Pasar itu banjirnya cukup mengerikan sampai tingginya sama seperti orang dewasa. Bahkan sekitar dua meter,” katanya.
Sekali lagi dia mengharapkan, beragam aspek yang telah disampaikan dapat diperhatikan pihak-pihak berwenang. Ia tidak mau proyek tersebut dikerjakan apa adanya ditambah lagi masih ada aktivitas pertambangan liar yang menyebabkan pendangkalan alur.
“Kami tidak menyalahkan pemborong yang sekarang, mereka hanya teruskan saja. Cuma kami minta tolong pondasi dan kedalaman betul-betul diperhatikan. Kita tidak menolak proyek ini, malah mendukung, kalau bisa ikut membantu, tapi tolong diperhatikan,” jelasnya. (Tim JB/BE).