PMI kota Pangkalpinang Belum Bisa Mengcover Kebutuhan Darah 100%.

Penulis : Ical
Editor : Dedy

BE.com

Pangkalpinang, Buletinexpres.com — Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Pangkalpinang mengaku masih belum bisa mengcover kebutuhan darah 100%.

Sementara produksi darah dari pendonor aktif rata – rata dari donasi darah yang diperoleh PMI kota Pangkalpinang sendiri sebanyak 1000 kantong.

Sedangkan produksi darah kota Pangkalpinang rata – rata hanya sebanyak 1100 hingga 1200 kantong perbulan, jadi masih ada kekurangan sekitar 10% untuk memenuhi kebutuhan darah di Pangkalpinang.

Hal ini diungkapkan Ridian petugas ITRR (IT Recording dan Reporting pelaporan donor darah) di Kantor PMI kota Pangkalpinang, kepada Tim Jobber (Journalis Babel Bergerak)

Menurut Ridian, golongan darah yang sulit ditemui PMI kota Pangkalpinang yakni golongan darah AB serta Resus negatif.

Untuk menanggulangi kesulitan itu, PMI kota Pangkalpinang sendiri membuat data list pendonor darah yang memiliki resus negatif.

“Jika kita pecahkan, golongan darah AB yang susah, akan tetapi kalau spesifik lagi sebenarnya resus negatif juga sangat sulit, karena golongan darah apapun resus negatifny yang susah, sebab jarang yang punya karena banding seribu yang punya golongan darah ini,” kata Ridian, Jumat (06/01/2023)

Berapa biaya untuk mendapatkan darah atau kantong darah bagi pasien yang membutuhkan dan harga tersebut untuk komponen apa saja, sehingga muncul harga tersebut ?.

“Untuk besaran Dana pengolahan darah senilai Rp.360.000,-, bahwa ini keputusan dari PMI Pusat, berdasarkan nomor 17 tahun 2014,” jelas Ridian.

Dikatakan Ridian dengan Dana Rp 360 ribu itu sebetulnya tidak Cukup, karena itu keputusan pada tahun 2014.

“Sedangkan sekarang kita sudah memasuki tahun 2023 dimana yang kita tahu semua bahan yang habis pakai naik semua, ini seharusnya sudah diperbaharui, hanya saja belum ada tindak lanjut dari Kementerian Kesehatan, dan kita masih menunggu,” ujar Ridian.

Selain itu kata Ridian, untuk buat apa saja dana itu digunakan, yang jelas kantong darah, biaya pemeriksaan darahnya, meliputi misalnya pemeriksaan HB, pemeriksaan golongan darah, lanjut lagi di laboratorium, darahnya di cek lagi untuk pemeriksaan 4 penyakit yaitu Hepatitis B (penyakit penyerang hati), Hepatitis C, Sifilis serta HIV, 4 penyakit ini kita cek di laboratorium.

“Bagi orang yang memiliki 4 penyakit ini tidak bisa disalurkan ke pasien karena berbahaya, dan ada satu lagi sebenarnya yaitu penyakit malaria, tapi kita tidak melakukan karena kita bukan endemi malaria tapi kalau di daerah Papua itu wajib melakukan pemeriksaan malaria juga karena Papua era endemi malaria kalau kita tidak wajib,” tukasnya.

“Dan dana 360 ribu ini, juga biaya servis donor seperti snacks donor makan minum donor, selama donor serta biaya petugas, jadi mencakup semua, kecuali darahnya karena darahnya gratis dari pendonor,” tambah Ridian.

Ridian juga mengataka bahwa Biaya Rp.360.000 tersebut digunakan untuk pengolahan saat di laboratorium.

“360 ribu ini biaya Pengelola nya, namanya Biaya Penggantin Pengolahan Darah (BPPD), jadi bukan beli darahnya tetapi kita itu bayar pengolahannya seperti pengolah Labor termasuk disini juga. Kalau untuk pendonor tidak dipungut biaya karena mereka ngasih secara sukarela jadi kita tidak minta imbalan,” jelasnya.

Disinggung ada keluhan dari para pendonor, dan timbul kekecewaan terhadap pelayanan PMI saat mereka sudah menyerahkan satu kantong darah, tetapi perhatian PMI terhadap kondisi pendonor sangat kurang, seperti tidak ada obat / kapsul tambah darah, namun hanya sebatas wafer dan mineral, Ridian menjelaskan bahwa yang pasti PMI tidak membiarkan pendonor begitu saja, karena memang kita dalam biaya BPPD jadi ada servis donor.

“Kalau kita di kota Pangkalpinang pendonor yang mendonorkan darah itu pertama mendapatkan servis dari kita, sampai pendonor itu benar benar nggak pusing lagi, setelah siap untuk bangun dari tempat tidur dan pendonor kita berikan servis donor, seperti snack donor, untuk Snack donor kalau di kita ini ada mineral botol, susu beruang, ada juga produk dari regal, dulu kita sempat juga pakai Pop Mie karena ada masukan dari sisi kesehatan, mie kurang sehat jadi kita hapuskan, kita ganti dan kita dulu nya pakai susu ultra, namun karena susu beruang ini bagus jadi kita ganti dengan susu ini,” terangnya

Para pendonor yang sudah mendonorkan darahnya tidak disarankan oleh Dokter memberikan obat penambah darah, karena pendonor dalam keadaan sehat dan tidak sakit.

“Dulu sempat juga kita ada dapat bantuan pil penambah darah, tapi dari dokter kita melarang, karena orang yang mengkonsumsi pil penambah darah itu orang yang sakit anemia, sedangkan kita yang pendonor darah ini orang yang sehat tidak membutuhkan pil tersebut, karena tubuh kita bisa memproduksi sendiri dengan catatan minum dan makannya cukup jadi tidak direkomendasikan dengan alasan karena pendonor itu orang yang sehat bukan orang yang sakit. Jadi kami kasih snack sebagai apresiasi dari pendonor, karena pendonor dengan suka rela mendonorkan darahnya, agar bisa disumbangkan bagi yang membutuhkan,” pungkasnya. (Tim Jb)