Penulis : Tim Jobber
BE
Bangka, Buletinexpres.com — Hukum di Bangka Belitung telah mati. Buktintya tidak satupun aparat penegak hukum (APH) mampu menertibakan tambang yang jelas-jelas illegal berpesta pora di sepanjang Sungai Rumpak, Batu Hitam dan Mengkubung, wilayah Kecamatan Belinyu Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Informasi dihimpun Tim Journalis Babel Bergerak (Jobber), mulai dari ujung Sungai Rumpak hingga ke tengah perairan Laut Mengkubung dan Batu Hitam ratusan ponton isap produksi (PIP) berbaris menghantam pinggiran hutan bakau.
Deru mesin yang memekakkan telinga saling bersahutan tampa ada rasa khawatir akan ada penertiban dari APH, baik dari Belinyu, Bangka maupun Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Mungkinkan mata pejabat dan petinggi aparat hukum di negeri ini sudah tak mampu melihat lagi? Ataukah sistim koordinasi yang sudah tersusun rapi, sehingga ratusan PIP yang berpesa pora di Sungai Rumpak, Mengkubung dan Batu Hitam tak mampu disentuh.
“Ini silahkan lihat, puluhan ponton beraktivitas di pinggir-pinggir sepanjang Sungai Rumpak. Itu di tengah ratusan ponton lainnya juga berpesta pora,” ujar Lai, seorang nelayan, yang mengirimkan video aktivitas PIP di sepanjang Sungai Rumpak, Rabu (21/02/2024).
Terlihat sejumlah perahu atau speed bolak balik di sekitar PIP yang sedang mengeruk pasir timah.
Tampaknya perahu-perahu ini, selain mengantar para pekerja dan bahan makanan, juga terlihat sejumlah orang yang mengawasi PIP tersebut.
“Seru Pak di sini, lah macam pasar terapung,” tukas Lai.
Sepanjang mata memandang yang terlihat adalah PIP yang sedang beraktivitas menyedot pasir dari dalam laut ataupun sungai.
Akibat aktivitas ratusan ponton tersebut, air sungai maupun air laut sudah berubah warna kehitam-hitam.
“Lah sulitlah kalo mau cari ikan disini Pak. Jangankan ikan besar, cucu ikan pun sudah sulit ditemukan,” tandas Lai.
Harapan Lai maupun warga nelayan lainnya, adalah perhatian dan keperdulian Kapolda Bangka Belitung maupun Pj Gubernur Kepulauan Bangka Belitung kepada para nelayan, yang menggantung kenceng nasi di Peraiaran Sungai Rumpak, Batu Hitam maupun Mengkubung.
“Lah bebuih Pak minta tolong kek pejabat-pejabat di Babel ini. Tapi ya begitulaj, mereka seakan membisukan mulut dan membutakan mata,” timpal Min, salah satu nelayan lainnya. (Tim JB/BE).